SMILE eLearning

Kementerian Kesehatan RI menginisiasi penyusunan Panduan Teknis Aplikasi ME-SMILE didukung oleh the United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia sebagai pedoman pelaksanaan digitalisasi pengelolaan limbah medis yang lebih akurat, akuntabel dan transparan. Dalam workshop yang berlangsung 15-16 Februari 2023 tersebut, sejumlah isu penting terkait tata kelola limbah medis seperti analisis kebijakan, infrastruktur dan interoperabilitas juga dibahas bersama perwakilan Kementerian PPN/Bappenas, Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, rumah sakit, dan puskesmas.

Sejak Juli 2022, Kementerian Kesehatan RI dan UNDP Indonesia telah berhasil melakukan uji coba penerapan sistem digital pengelolaan limbah medis (ME-SMILE) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUD Tarakan Jakarta, dan Puskesmas Setiabudi Jakarta. Uji coba penerapan sistem ME-SMILE di ketiga lokasi percontohan ini menunjukkan adanya manfaat yang signifikan bagi pengelolaan limbah medis antara lain akurasi data dan pelaporan, efisiensi waktu dan sumber daya, minimalisasi risiko kontaminasi terhadap limbah infeksius, serta mengurangi dampak berbahaya pada kesehatan dan lingkungan.

Melihat berbagai keunggulan dan manfaat sistem ME-SMILE tersebut, Kementerian Kesehatan RI dan UNDP Indonesia akan melakukan ekspansi penerapan ME-SMILE pada tahun 2023. Perluasan implementasi tahap pertama ini melibatkan 30 rumah sakit tipe A dan B di empat provinsi yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara. Panduan Teknis ME-SMILE pun menjadi sangat penting guna memberikan pedoman praktis bagi rumah sakit dan puskesmas.

Donal Simanjuntak, SKM, MKM, Interim Direktur Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan mengatakan, “Diperlukan koordinasi dalam penyusunan panduan pelaksanaan sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan dan petunjuk praktis dalam penggunaan ME-SMILE di Fasyankes.”

Berdasarkan data KLHK, selama masa pandemi COVID-19 limbah medis di Indonesia mencapai 18.460 ton pada Juli 2021, dengan perkiraan timbulan sampah rata-rata per hari sekitar 1,71 kg/pasien. Kemenko Bidang Perekonomian memandang permasalahan limbah medis belum terekspos secara masif karena saat ini belum terkelola dengan baik dan berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Direktorat Pengelolaan Limbah B3 KLHK bersama Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI dan UNDP Indonesia diharapkan memiliki sistem yang terintegrasi untuk pengelolaan limbah medis agar penanganannya lebih tepat.

Ferdy Wijaya, System Administrator RSUD Tarakan Jakarta menambahkan, “Agar proses penimbangan limbah medis harian cukup dilakukan sekali, maka diharapkan ada interoperabilitas antara aplikasi ME-SMILE dengan Festronik, SIRAJA Limbah (KLHK), Sikelim (Kemenkes RI), dan kesepakatan dengan pihak pengangkut limbah.”

Berdasarkan hasil koordinasi penyusunan panduan teknis ME-SMILE ini, disepakati beberapa komponen penting yang perlu dimasukkan dalam panduan, antara lain latar belakang pentingnya digitalisasi pengelolaan limbah medis, pemanfaatan data ME-SMILE untuk akuntabilitas data dan perumusan program yang tepat, persyaratan infrastruktur yang dibutuhkan oleh Fasyankes, serta langkah-langkah penggunaan aplikasi ME-SMILE yang berbasis mobile dan website.

Melalui perluasan implementasi ME-SMILE di 30 rumah sakit, interoperabilitas sistem akan terus dilakukan disertai dengan sosialisasi panduan teknis ME-SMILE bagi Fasyankes. Tahap beta testing ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada Kemenkes RI dan KLHK, sehingga sistem semakin siap digunakan di seluruh Indonesia.